Bekal untuk pergi

Foto Freepik

Abu Dzar al-Ghifari RA diceritakan dalam Tanbihul Ghafilin, berdiri di muka Kaabah, lalu berkata:

“Ingatlah, yang sudah mengenali aku maka cukuplah dan sesiapa yang belum kenal, maka aku Jundub bin Junadah al-Ghifari. Silakan kamu mendekat kepada kawan yang akan menyampaikan nasihat dan sayang kepadamu.”

Maka mendekat orang-orang kepadanya dan berkumpul di sekelilingnya.

Dia berkata: “Wahai semua manusia, siapa yang akan pergi di dunia ini, maka dia tidak pergi melainkan dengan bekal. Maka, bagaimana seorang yang akan pergi ke akhirat tanpa bekal?”

Mereka bertanya: “Apakah bekal kami wahai Abu Dzar?”

Jawabnya: “Solat dua rakaat di tengah malam untuk menghadapi gelapnya kubur, puasa di musim panas untuk menghadapi hari bangkit dari kubur, sedekah kepada orang miskin supaya selamat daripada seksa di saat sukar, haji untuk menghadapi bahaya-bahaya yang besar. Jadikanlah dunia ini dua tempat, tempat untuk mencari dunia dan tempat untuk akhirat dan yang ketiga berbahaya dan tidak berguna. Jadikan perkataan itu hanya dua kalimat. Satu kalimat yang berguna dalam urusan dunia atau kalimat yang kekal di akhirat dan yang ketiga berbahaya dan tidak berguna. Jadikan harta dua manfaat. Yang satu belanjakan untuk anak keluarga dan yang satu lagi untuk tabungan akhirat dan yang ketiga berbahaya dan tidak berguna.”

Kemudian Abu Dzar mengeluh: “Ah aku telah terbunuh oleh kerisauan terhadap satu hari yang dapat aku kejar.”

Maka, ditanya: “Apakah yang kamu maksudkan?”

Jawabnya: “Harapan dan angan-anganku melebihi dari batas ajalku sehingga tidak dapat beramal (beribadat).

Kisah Sahabat: Salman Al-Farisi, Dari Parsi ke Madinah

You cannot copy content of this page